Rabu, 29 Agustus 2007

Taqdir

bila temali terlanjur diuntai
jangan kau urai karena takut dan bimbang
saat api berkobar membakar seluruh relung dan tempat
pertaruhan harus diselesaikan
jangan padamkan dia dengan nyala didada
sungguh kau kan terbakar hangus dan redam
seumpama perahu yang lana dalam riak yang tak mengujung tepi
bukalah mata hati dan raih tuju rindu dengan iklas memintal taqdir
tanya nurani riak mana kan bawamu menuju tambatan jiwa dimana
dermaga ini selalu menunggu saat taqdir menjemput suratan


(btam, agust 2007-08-29)

Tidak ada komentar: